SEKTOR
KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Peranan sektor keuangan dalam
perekonomian menjelaskan adanya hubungan langsung antara tingkat pertumbuhan ekonomi
dengan besarnya stok modal. Semakin tinggi stok modal, semakin tinggi pula
output perekonomian yang dapat dihasilkan. Sementara itu, besarnya akumulasi
stok modal membutuhkan adanya mobilisasi tabungan melalui sektor keuangan yang
mampu menyediakan sumber dana untuk peningkatan stok modal (investasi). Semakin
besar tingkat tabungan, semakin besar peluang penyediaan dana untuk investasi
yang pada akirrnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pendalaman
sektor keuangan (financial deepening)
merupakan sebuah acuan yang di gunakan untuk menunjukkan terjadinya peningkatan
peran dan kegiatan dari jasa-jasa keuangan terhadap ekonomi. Banyaknya pilihan-pilihan jasa keuangan yang
dapat diakses oleh masyarakat dengan cakupan yang sangat luas. Dengan
pendalaman sektor keuangan diharapkan dapat berfungsi untuk menurunkan risiko
dan kerentanan dari salah satu sub sektor keuangan.
Pendalaman
sektor keuangan secara tidak langsung akan meningkatkan akses individu dan
rumah tangga terhadap kebutuhan utama seperti kebutuhan primer, kesehatan, dan
pendidikan. Pendalaman sektor keuangan akan berlanjut kepada turunnya angka
kemiskinan. Terlebih lagi lembaga-lembaga keuangan yang lebih kuat dan risiko
yang semakin terdiversifikasi akan dapat memperkuat ketahanan ekonomi suatu
negara terhadap gejolak ekonomi. Namun demikian, fleksibilitas, fungsi
pengaturan yang lebih kuat, dan tata kelola perusahaan yang lebih baik tetap
dibutuhkan untuk dapat mendorong inovasi dalam bidang keuangan.
Pendalaman
sistem keuangan suatu negara akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat
mengalokasikan dana secara efektif ke sektor-sektor yang potensial,
meminimalkan risiko dengan diversifikasi produk keuangan, meningkatnya jumlah
faktor produksi atau meningkatnya tingkat investasi atau marginal produktifitas
akumulasi modal dengan penggunaan yang semakin efisien. Suatu perekonomian yang
sehat dan dinamis membutuhkan sisitem keuangan yang mampu menyalurkan dana
secara efisien dari masyarakat yang memiliki dana lebih ke masyarakat yang
memiliki peluang-peluang investasi produktif.
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia dan
Reuters (berbagai edisi)
Gambar 1.1
Perkembangan Indikator Financial Deepening
Sektor Perbangkan dan Pasar Modal di
Indonesia
Peningkatan
dalam beberapa indikator financial
deepening yang terlihat dari grafik 1.1 diharapkan akan dapat memberrikan
potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan kondisi sistem keuangan yang
ada, kususnya di sektor perbangkan dan sektor keuangan nonbank (pasar modal)
yang dapat menjalankan fungsinya dengan seoptimal mungkin, yakni fungsi financial intermediaries. Pendalaman
sektor keuangan (financial deepening)
juga mengakibatkan peningkatan rasio uang beredar terhadap GDP. Peningkatan
rasio uang beredar GDP ini akan memperbesar kemungkinan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan uang beredar
di Indonesia dapat dilihat dengan peningkatan jumlah dan pihak ketiga yang
dihimpun perbankan dari tahun 2003 sampai 2007 yakni sebesar 75% dan
peningkatan jumlah obligsi yang diterbitkan pemerintah untuk menutupi defisit
anggaran untuk tahun 2003 sampai 2007 yakni sebesar 322%. Peningkatan dalam
beberapa indikator financial deepening yang
terlihat dari grafik 1.1 diharapkan akan dapat memberikan potensi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dengan syarat sistem keuangan yang ada, kususnya di sektor
perbankan dan sektor nonbank (pasar modal) dapat menjalankan fungsinya dengan
seoptimal mungkin, yakni fungsi financial
intermediaries.
Perbankan menjalankan fungsinya
sebagai financial intermediaries dapat dengan:
1.
Lebih
fokus untuk mengalokasikan dana yang telah dihimpun (DPK) dengan pemberian
kredit, baik untuk kredit konsumsi, kredit modal, dan kredit investasi,
2.
Dapat
juga dengan mengakses masyarakat terhadap sektor perbankan itu sendiri, yakni
dengan melakukan ekspansi layanan kepada masyarakat luas ( misalnya: penambahan
unit bank) sehingga fungsi dari sektor perbankan itu sendiri dapat dirasakan
oleh seluruh masyarakat .
Sedangkan pasar modal
menjalankan fungsinya sebagai financial
intermadiaries ketika pasar modal tersebut dapat mempertemukan pihak-pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang ingin mengoptimalkan dananya
(investor). Misal pemerintah ingin menutupi defisit anggaran dan perusahaan
yang ingin melakukan ekspansi bisnis, dimana kedua pelaku tersebut dapat
mengatasinya dengan cara menerbitkan surat utang / obligasi. Dan ketika pasar
modal dapat secara efektif mempertemukan pihak yang ingin mengoptimalkan exces fund (investor) dengan pihak-pihak
yang membutuhkan dana maka fungsi pasar modal sebagai financial intermediaries terbentuk.
Secara umum, struktur sistem keuangan
Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan kendati dalam
periode pasca krisis 1997/98 peran lembaga keuangan nonbank dan pasar modal
terus meningkat seiring dengan menurunnya kinerja intermediasi perbankan.
Perkembangan sistem keuangan di
Indonesia telah mengalami pasang surut, seiring dengan perkembangan makro
ekonomi Indonesia. Berbagai paket deregulasi kebijakan telah dikeluarkan oleh
pemerintah guna mendorong peran sektor keuangan dalam pembangunan. Berkembangnya
sektor keuangan pasca deregulasi 1988. Khususnya sektor perbangkan ternyata
tidak memiliki ketahan yang tinggi. Secara umum kelemahan sektor keuangan pada
waktu itu meliputi besarnya utang luar negeri sektor swasta yang tidak di-hedge, pemberian kredit yang tidak
berhati-hati dan melampaui batas maksimum pemberian kredit khususnya kepada
pihak terkait, kelemahan manajemen risiko dan good corporate goverrnance, serta kelemahan sistem pengawasan bank.
Akibat ketahannya yang rendah,
sistem keuangan Indonesia yang didominasi oleh perbankan menjadi sangat rentan
dan tidak sanggup menanggung dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis nilai
tukar yang melanda Indonesia tahun 1997. Upaya restrukturisasi perbankan yang
kemudian dilakukan pemerintah telah menelan biaya lebih dari 50% PDB tahun 2000
dan termasuk biaya yang terbesar kedua dalam sejarah perbangkan dunia.
Sementara titu pasar modal Indonesia
pasca krisis berkembang cukup baik yang terlihat dari jumlah perusahaan yang go public dan nilai kapitalisasi pasar
yang terus menigkat. Pangsa total aset perusahaan sekuritas dalam sistem
keuangan juga mengalami peningkatan yang cukuo signifikan, yaitu dari 1,0% pada
tahun 2005 menjadi 3,7% pada tahun 2006. Meskipun demikian, pasar moda
Indonesia masih belum dapat dikatakan berjalan cukup efisien. Hal ini tercermin
pada harga yang belum mencerrminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya dan
masih sangat bergantung pada perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar.
Melihat dari perkembangan sistem
keuangan di Indonesia, maka sistem keuangan yang mampu menjalankan
fungsi-fungsinya secara efektif serta memiliki ketahanan yang tinggi merupakan
langkah yang sangat strategis dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi
Indonesia dan menjaga kestabilan makro ekonomi.