Rabu, 15 Mei 2013

Keuangan dan Perekonomian Indonesia




SEKTOR KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA
             Peranan sektor keuangan dalam perekonomian menjelaskan adanya hubungan langsung antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan besarnya stok modal. Semakin tinggi stok modal, semakin tinggi pula output perekonomian yang dapat dihasilkan. Sementara itu, besarnya akumulasi stok modal membutuhkan adanya mobilisasi tabungan melalui sektor keuangan yang mampu menyediakan sumber dana untuk peningkatan stok modal (investasi). Semakin besar tingkat tabungan, semakin besar peluang penyediaan dana untuk investasi yang pada akirrnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
          Pendalaman sektor keuangan (financial deepening) merupakan sebuah acuan yang di gunakan untuk menunjukkan terjadinya peningkatan peran dan kegiatan dari jasa-jasa keuangan terhadap ekonomi.  Banyaknya pilihan-pilihan jasa keuangan yang dapat diakses oleh masyarakat dengan cakupan yang sangat luas. Dengan pendalaman sektor keuangan diharapkan dapat berfungsi untuk menurunkan risiko dan kerentanan dari salah satu sub sektor keuangan.
          Pendalaman sektor keuangan secara tidak langsung akan meningkatkan akses individu dan rumah tangga terhadap kebutuhan utama seperti kebutuhan primer, kesehatan, dan pendidikan. Pendalaman sektor keuangan akan berlanjut kepada turunnya angka kemiskinan. Terlebih lagi lembaga-lembaga keuangan yang lebih kuat dan risiko yang semakin terdiversifikasi akan dapat memperkuat ketahanan ekonomi suatu negara terhadap gejolak ekonomi. Namun demikian, fleksibilitas, fungsi pengaturan yang lebih kuat, dan tata kelola perusahaan yang lebih baik tetap dibutuhkan untuk dapat mendorong inovasi dalam bidang keuangan.
          Pendalaman sistem keuangan suatu negara akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat mengalokasikan dana secara efektif ke sektor-sektor yang potensial, meminimalkan risiko dengan diversifikasi produk keuangan, meningkatnya jumlah faktor produksi atau meningkatnya tingkat investasi atau marginal produktifitas akumulasi modal dengan penggunaan yang semakin efisien. Suatu perekonomian yang sehat dan dinamis membutuhkan sisitem keuangan yang mampu menyalurkan dana secara efisien dari masyarakat yang memiliki dana lebih ke masyarakat yang memiliki peluang-peluang investasi produktif.

 

Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia dan Reuters (berbagai edisi)
 Gambar 1.1
Perkembangan Indikator Financial Deepening
Sektor Perbangkan dan Pasar Modal di Indonesia



Peningkatan dalam beberapa indikator financial deepening yang terlihat dari grafik 1.1 diharapkan akan dapat memberrikan potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan kondisi sistem keuangan yang ada, kususnya di sektor perbangkan dan sektor keuangan nonbank (pasar modal) yang dapat menjalankan fungsinya dengan seoptimal mungkin, yakni fungsi financial intermediaries. Pendalaman sektor keuangan (financial deepening) juga mengakibatkan peningkatan rasio uang beredar terhadap GDP. Peningkatan rasio uang beredar GDP ini akan memperbesar kemungkinan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
            Peningkatan uang beredar di Indonesia dapat dilihat dengan peningkatan jumlah dan pihak ketiga yang dihimpun perbankan dari tahun 2003 sampai 2007 yakni sebesar 75% dan peningkatan jumlah obligsi yang diterbitkan pemerintah untuk menutupi defisit anggaran untuk tahun 2003 sampai 2007 yakni sebesar 322%. Peningkatan dalam beberapa indikator financial deepening yang terlihat dari grafik 1.1 diharapkan akan dapat memberikan potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan syarat sistem keuangan yang ada, kususnya di sektor perbankan dan sektor nonbank (pasar modal) dapat menjalankan fungsinya dengan seoptimal mungkin, yakni fungsi financial intermediaries.
            Perbankan menjalankan fungsinya sebagai financial intermediaries  dapat dengan:
1.      Lebih fokus untuk mengalokasikan dana yang telah dihimpun (DPK) dengan pemberian kredit, baik untuk kredit konsumsi, kredit modal, dan kredit investasi,
2.      Dapat juga dengan mengakses masyarakat terhadap sektor perbankan itu sendiri, yakni dengan melakukan ekspansi layanan kepada masyarakat luas ( misalnya: penambahan unit bank) sehingga fungsi dari sektor perbankan itu sendiri dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat .
          Sedangkan pasar modal menjalankan fungsinya sebagai financial intermadiaries ketika pasar modal tersebut dapat mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang ingin mengoptimalkan dananya (investor). Misal pemerintah ingin menutupi defisit anggaran dan perusahaan yang ingin melakukan ekspansi bisnis, dimana kedua pelaku tersebut dapat mengatasinya dengan cara menerbitkan surat utang / obligasi. Dan ketika pasar modal dapat secara efektif mempertemukan pihak yang ingin mengoptimalkan exces fund (investor) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana maka fungsi pasar modal sebagai financial intermediaries terbentuk.
                Secara umum, struktur sistem keuangan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan kendati dalam periode pasca krisis 1997/98 peran lembaga keuangan nonbank dan pasar modal terus meningkat seiring dengan menurunnya kinerja intermediasi perbankan.
            Perkembangan sistem keuangan di Indonesia telah mengalami pasang surut, seiring dengan perkembangan makro ekonomi Indonesia. Berbagai paket deregulasi kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah guna mendorong peran sektor keuangan dalam pembangunan. Berkembangnya sektor keuangan pasca deregulasi 1988. Khususnya sektor perbangkan ternyata tidak memiliki ketahan yang tinggi. Secara umum kelemahan sektor keuangan pada waktu itu meliputi besarnya utang luar negeri sektor swasta yang tidak di-hedge, pemberian kredit yang tidak berhati-hati dan melampaui batas maksimum pemberian kredit khususnya kepada pihak terkait, kelemahan manajemen risiko dan good corporate goverrnance, serta kelemahan sistem pengawasan bank.
            Akibat ketahannya yang rendah, sistem keuangan Indonesia yang didominasi oleh perbankan menjadi sangat rentan dan tidak sanggup menanggung dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis nilai tukar yang melanda Indonesia tahun 1997. Upaya restrukturisasi perbankan yang kemudian dilakukan pemerintah telah menelan biaya lebih dari 50% PDB tahun 2000 dan termasuk biaya yang terbesar kedua dalam sejarah perbangkan dunia.


            Sementara titu pasar modal Indonesia pasca krisis berkembang cukup baik yang terlihat dari jumlah perusahaan yang go public dan nilai kapitalisasi pasar yang terus menigkat. Pangsa total aset perusahaan sekuritas dalam sistem keuangan juga mengalami peningkatan yang cukuo signifikan, yaitu dari 1,0% pada tahun 2005 menjadi 3,7% pada tahun 2006. Meskipun demikian, pasar moda Indonesia masih belum dapat dikatakan berjalan cukup efisien. Hal ini tercermin pada harga yang belum mencerrminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya dan masih sangat bergantung pada perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar.
            Melihat dari perkembangan sistem keuangan di Indonesia, maka sistem keuangan yang mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara efektif serta memiliki ketahanan yang tinggi merupakan langkah yang sangat strategis dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi Indonesia dan menjaga kestabilan makro ekonomi.